Rabu, 16 Mei 2012

Pembuktian Asam Basa dan Unsur Hara Pada Abu Tanaman


Pembuktian Asam Basa dan Unsur Hara Pada Abu Tanaman

A.   Pendahuluan
1.            Definisi Abu Tanaman
Dalam analisis kimia, pengabuan adalah proses mineralisasi untuk zat prekonsentrasi demi kepentingan analisis kimia. Abu adalah nama yang diberikan pada semua residu non-cair yang tersisa setelah sampel dibakar, dan sebagian besar terdiri dari oksida logam.Abu adalah salah satu komponen dalam analisis proksima dari material biologis, yaitu bagian yang menjadi penjumlah utama dalam persentase hasil analisis. Abu umumnya terdiri dari garam-garaman, material anorganik (misal garam-garaman yang mengandung ion Na+, K+, dsb). Terkadang juga mengandung mineral unik tertentu, misalnya klorofil dan hemoglobin.

2.            Pembuktian Asam-Basa dengan Indikator Alami
                                                        i.            Teori Asam-Basa
Kesetimbangan asam-basa merupakan suatu topic yang sangat penting dalam kimia dan bidang-bidang lain yang mempergunakan kimia, seperti biologi, kedokteran dan pertanian.Meskipun banyak reaksi asam-basa berlangsung dalam keadaaan gas ndan padat serta bukan dalam larutan cair.Larutan seperti ini memainkan peranan penting dalam kehidupan sehari-hari.Cuka, jus jeruk dan cairan aki merupakan larutan asam yang sering ditemukan.Larutan basa dihasilkan bila produk-produk yang umum seperti boraks, soda kue, dan antasida dilarutkkan ke dalam air.

a)      Teori Asam-Basa Arrhenius
Menurut teori tentang pen gionan elektrolit yang dikembangkan oleh Arrhenius, elektrolit bila dilarutkan dalam air, langsung terurai menjadi zarah-zarah bermuatan positif dan negative yang disebut ion.Namun, yang penting dalam pemeriksaan kimia adalah bahwa elektrolit-elektrolit yang terurai menjadi ion-ion itu menyebabkan larutan berair menjadi bersifat asam atau basa.
Suatu asam adalah senyawa yang bila dilarutkan dalam air akan meningkatkan konsentrasi ion Hidrogen (H+) di atas nilainya dalam air murni. Sedangkan suatu basa adalah senyawa yang bila dilarutkan dalam air akan meningkatkan konsentrasi ioan hidroksida (OH-) di atas nilainya dalam air murni.
Asam-asam Arrhenius dirumuskan sebagai HxZ yang dalam air terion sebagai berikut:
HxZ (aq) àxH+ (aq) + Z-x (aq)

Jumlah ion H+ yang dapat dihasilkan oleh 1 molekul asam di sebut valensi asam, sedangkan negative yang terbaik di sebut ion sisa asam.
Basa-basa Arrhenius adalah hidroksida lgam, M(OH)y, yang dalam air terion sebagai berikut :
M(OH)y (aq) à M+y (aq) + yOH- (aq)

Jumlah ion OH- yang dapat dilepaskan oleh suatu basa di sebut valensi basa. Definisi-definisi  ini diperkenalkan pada abad ke-19 telah umum di anggap untuk mengakomodisi lebih banyak lagi kelas senyawa yang secara kimia mirip dengan asam dan basa yang sudah di kenal. Teori Arrhenius hanya dapat digunakan untuk kesetimbangan asam-basa dalam larutan air.

b)      Teori Asam-Basa Bronsted-Lowry
Definisi asam dan basa diperkenalkan secara terpisah oleh Johannes Bronsted dan Thomas Lowry pada tahun 1923.Suatu asam Bronsted-Lowry didefinisikan sebagai suatu zat yang dapat memberikan ion hydrogen dan sebuah basa Bronsted-Lowry adalah suatu zat yang dapat menerima ion hydrogen.Dalam reaksi asam-basa Bronsted-Lowry, ion hydrogen dipindahkan dari asam ke basa. Sebagai contoh, bila asam asetat dilarutkan ke dalam air, dengan reaksi:
CH3COOH (aq) + H2O (l) à H3O+ (aq) + CH3COO- (aq)
Asam1                  basa2                asam2               basa1
Ion hidogen dipindahkan dari asam asetat ke air.Asam dan basa terdapat sebagai pasangan asam-basa konjungat. CH3COOH dan CH3COO- adalah salah satu contohnya, dimana CH3COO- adalah basa konjungat dari CH3COOH (demikian pula, CH3COOH adalah asam  dari konjungat CH3COO-). Dengan cara yang sama, H3O+ dan H2O juga membentuk pasangan asam-basa konjungat. Kesetimbangan yang tercapai dapat di pandang sebagai persaingan antara dua basa untuk mendapatkan ion hydrogen. Satu keuntungan dari pendekatan Bronsted-Lowry adalah ia tidak terbatas hanya untuk larutan air. Beberapa molekul dan ion dapat berfungsi baik sebagai asam maupun basa tergantung dari kondisi reaksi sehingga di sebut amfoter.
c)      Teori Asam-Basa Lewis
Sebuah basa Lewis merupakan jenis basa yang menyumbangkan sepasang electron bebas dan suatu asam Lewis adalah jenis asam yang menerima sepasang electron tersebut. Reaksi lain yang tidak melibatkan ion hydrogen masih dapat di anggap sebagai reaksi asam-basa Lewis. Definisi Lewis mensistematiskan kimia berbagai macam oksida biner, yang dapat di anggap sebagai anhidrida asam atau basa.Reaksi asam-basa ini ditentukan oleh pembentukan ikatan kovalen koordinat.

d)     Perbandingan antara Definisi Arrhenius, Bronsted-Lowry dan Lewis
Reaksi netralisasi antara HCl dan NaOH :

HCl + NaOH à H2O + NaCl
Asam    basa         air       garam

Menurut definisi Arrhenius, HCl adalah asam dan NaOH adalah basa.Menurut definisi Bronsted-Lowry, H3O+ adalah asam dan OH- adalah basa. Menurut Lewis, H+ adalah asam dan OH- adalah basa, karena proton menerima sepasang electron bebas yang diberikan oleh OH- dalam reaksi :
H+ (aq) + OH- (aq) à H2O (l)

                                                      ii.            Sifat Asam dan Basa dalam Larutan Air Skema Bronsted-Lowry
Air mempunyai sifat-sifat khusus dalam bentuk cair.Salah satunya Karena memang momen dwikutubnya yang cukup besar, air sangat efektif untuk dijadikan sebagai elarut, yang mampu menstabilkan zat terlarut polar dan ionic.Air ikut serta dalam reaksi asam-basa, baik sebagai reaktan maupun sebagai pelarut.Reaksi-reaksi biokimia yang diperlukan demi kelangsungan hidup organisme terjadi dalam air dan melibatkan asam, basa, serta semua ionic.
a)      Autoionisasi Air
Persamaan kesetimbangan dalam reaksi dimana air bertindak sebagai asam maupun basa adalah sebagai berikut :
H2O (l) + H2O (l)  H3O+ (aq) + OH- (aq)
    Asam1        basa2                    asam2                                                basa1
Atau
             2H2O (l) H3O+ (aq) + OH- (aq)
Reaksi ini bertanggung jawab atas terjadinya autoionisasi air yang walaupun kecil, masih terukur. Persamaan kesetimbangan yang dihasilkan adalah :

[H3O+][OH-] = Kw

Dimana Kw adalah tetapan hasil kali untuk air, adalah 1×10-14 pada suhu 25°C. Karena konsentrasi pelarut dalam hal ini air, tidak berubah secara signifikan dalam suatu larutan encer, ia tidak diikutkan dalam persamaan kesetimbangan.
Air murni mengandung ion H3O+ dan OH- dan karena ada netralitas listrik total, maka banyaknya setiap jenis ion harus sama. Dengan menggunakan persamaan kesetimbangan akan dihasilkan :
[H3O+] = [OH-] = y
y2 = 1,0 × 10-14
y = 1 × 10-7

sehingga di dalam air murni 25°C konsentrasi H3O+ dan OH- keduanya adalah 1,0 × 10-7 M.

b)      Asam dan Basa Kuat

Larutan asam dalam air mengandung ion H3O+ yang lebih besar daripada ion OH-.Asam kuat adalah asam yang seluruhnya terionisasi di dalam larutan air. Bila asam kuat HCl (asam klorida) dilarutkan dalam air, reaksi yang terjadi adalah :
HCl (aq) + H2O (l) à H3O+ (aq) + Cl- (aq)
Panah tunggal dan bukan panah ganda, dipergunakan untuk menunjukkan bahwa reaksi berlangsung sempurna.Contoh asam kuat lainnya dalah asam perklorat (HClO4).
Basa kuat didefinisikan dengan cara yang sama, yaitu sebagai basa yang bereaksi sempurna menghasilkan ion OH- (aq) bila dilarutkan dalam air. Contohnya bila basa kuat ion amida (NH2-) dilarutkan dalam air, reaksi yang terjadi adalah :

H2O (l) + NH2- (aq) à NH3 (aq) + OH- (aq)

Air mempunyai aspek perataan pada golongan asam dan basa tertentu, sehingga semuanya bersifat asam kuat dan basa kuat bila air merupakan pelarutnya.

c)      Fungsi pH
Dalam larutan air, konsentrasi ion hydronium berkisar dari 10 M sampai 10-15 M. interval ini sebaiknya diperkecil dengan menggunakan skala logaritma keasamaan yang di sebut sebagai pH dan didefinisikan sebagai berikut :
pH = -log 10[H3O+]

air murni pada suhu 25°C mempunyai [H3O+] = 1 × 10-7 M, sehingga
pH = -log 10 [1 × 10-7]
                                                            = -(-7,00)
                                                            =7,00

Seperti contoh di atas, perhitungan pH akan mudah khususnya bila konsentrasi H3O+ merupakan pangkat dari bilangan 10, karena logaritmanya adalah bilangan pangkat dari 10 tersebut. Jika tidak, diperlukan kalkulator. Jia pH di ketahui, konsentrasi H3O+ dapat di hitung dengan  meletakkan pangkat (-pH) pada angka 10.
Konsentrasi H3O+ umumnya kurang dari 1 M, sehingga fungsi pH ditentukan dengan tanda negative untuk menghasilkan sebuah bilangan yang bertanda positif.Nilai pH tinggi menandakan konsentrasi H3O+ yang rendah begitu pula sebaliknya pada suhu 25°C.

pH< 7 larutan asam
pH = 7 larutan netral
pH> 7 larutan basa

pada suhu lain, pH air berbeda dari 7. Perubahan satu satuan pH menandakan terjadinya perubahan sebesar 10 (yaitu satu orde besaran) dalam konsentrasi H3O+ dan OH-. pH di ukur secara langsung dengan menggunakan pH meter.

Warna standar larutan indicator universal

Gambar pH meter digital






                                                    iii.            Indicator
Indicator adalah alat untuk mengetahui apakah suatu larutan bersifat asam atau basa berdasarkan perubahan warnanya yang tampak jelas dalam rentang pH yang sempit.Indicator asam-basa biasanya merupakan asam atau basa lemah atau secara uum dapat dikatakan protolit lemah.Jenis indicator yang khas adalah asam organic yang lemah yang mempunyai warna berbeda dari basa konjungatnnya.Lakmus berubah dari merah menjadi biru bila bentuk asamnya di ubah menjadi basa.Indicator yang baik mempunyai intensitas warna sedemikan rupa sehingga hanya beberapa tetes larutan indicator encer yang harus ditambahkan ke dalam larutan yang sedang di uji. Konsentrasi molekul indicator yang sangat rendah ini hamper tidak berpengaruh terhadap pH larutan. Perubahan warna indicator mencerminkan pengaruh asam dan basa lainnya yang  terdapat dalam larutan.
Jika bentuk asam untuk indicator tertentu dilambangkan dengan HIn dan bentuk basa konjugatnya dengan In-, kesetimbangan asam-basanya adalah :
HIn (aq) + H2O (l)  H3O+ (aq) + In- (aq)
Ka = [H3O+][In]
[HIn]

Dimana Ka adalah tetapan ionisasi asam untuk indicator. Persamaan ini dapat di susun kembali menghasilkan :
[H3O+] = [HIn]
Ka         [In-]

Jika konsentasi ion hydronium [H3O+] relative besar dibandingkan Ka, nisbah ini akan besar, dan [HIn] relative besar dibandingkan [In-]. Warna larutan akan sama dengan warna bentuk asam indikatornya karena hampir semua molekul indicator berbentuk asam. Sebagai contoh, lakmus mempunyai Ka mendekati 10-7. Jika pH adalah 5 maka :
[H3O+] = 10-5 = 100
          Ka      10-7

Dengan demikian, molekul indicator bentuk asam kira-kira 100 kali lebih banyak daripada bentuk basanya dan larutan berwarna merah.
Seiring dengan semakin menurunnya konsentrasi ion hydronium, semakin banyak pula molekul indicator asam yang akan terionisasi ke bentuk basa. Bila [H3O+] mendekati Ka, keua bentuk akan terdapat dalam jumlah yang hampir sama, dan warnanya merupakan perpaduan antara warna kedua keadaan indicator (ungu untuk lakmus). Penurunan lebih lanjut dari [H3O+] sampai mencapai nilai yang jauh lebih kecil daripada Ka akan mengakibatkan dominannya bentuk basa, sesuai dengan perubahan warna yang di amati.
Indicator yang berbeda mempunyai nilai Ka yang berbeda sehingga menunjukkan warna pada nilai H yang berbeda ula.Semakin lemah suatu indiator sebagi asam, semakin tinggi pH di tempat terjadinya perubahan warna.Perubahan warna tersebut muncul pada rentang satu sampai dua satuan pH.
Prinsip indikator adalah bahan yang memberikan warna berbeda pada lingkungan asam dan basa.Pada umumnya bahan yang memiliki warna menyolok memiliki sifat memberikan warna yang berbeda pada kedua suasana tersebut. Contoh indikator alami adalah: ekstrak bunga sepatu, ekstrak kulit manggis, ekstrak kol merah (kubis merah) dan ekstrak kunyit. Contoh indikator buatan adalah kertas lakmus (litmus) berwarna merah dan biru, indikator universal, phenolphthalein (PP), bromtimol biru (BTB), metil merah (MM), metil kuning, metil jingga (MO), fenol merah dan indigo carmine.
Berikut ini adalah tabel warna dalam larutan asam dan basa beberapa indikator:


3.            Uji Nyala Endapan Abu Tanaman dan Uji Nyala Garam Dapur (NaCl)
Teknikuji nyala adalah metoda analisis untuk logam.Prinsipnya sederhana, yaitu dengan caramelihat perubahan warna nyala api. Karena beberapa logam memberikan warna nyala yang khas bila dibakar pada api oksidasi.Uji nyala digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan ion logam dalam jumlah yang relatif kecil pada sebuah senyawa.Walaupun tidak semua ion logam menghasilkan warna nyala.Metodeini sebenarnya metode klasik tapi masih cukup akurat untuk analisis kualitatif, setidaknya memberikan arah yang sangat jelas untuk analisis logam.Warna-warna yang ada pada tabel berikut hanya merupakan panduan.Hampir setiap orang yang melakukan uji nyala berbeda dalam mengamati dan menjelaskan warna yang terjadi.
Logam
Warna nyala
Gambar
Li
merah
Na
orange cemerlang terus menerus
K
lilac (pink)
Rb
merah (lembayung kemerah-merahan)

Cs
biru lembayung

Ca
orange-merah
Sr
merah

Ba
hijau pucat

Cu
biru-hijau (sering disertai percikan berwarna putih)
Pb
putih keabu-abuan


Warna nyala dihasilkan dari pergerakan elektron dalam ion-ion logam yang terdapat dalam senyawa.Sebagai contoh, sebuah ion natrium dalam keadaan tidak tereksitasi memiliki struktur 1s22s22p6.Jika dipanaskan, elektron-elektron akan mendapatkan energi dan bisa berpindah ke orbital kosong manapun pada level yang lebih tinggi. Sebagai contoh, berpindah ke orbital 7s atau 6p atau 4d atau yang lainnya, tergantung pada berapa banyak energi yang diserap oleh elektron tertentu dari nyala.Karena sekarang elektron-elektron berada pada level yang lebih tinggi dan lebih tidak stabil dari segi energi, maka elektron-elektron cenderung turun kembali ke level dimana sebelumnya mereka berada – tapi tidak musti sekaligus.
Sebuah elektron yang telah tereksitasi dari level 2p ke sebuah orbital pada level 7 misalnya, bisa turun kembali ke level 2p sekaligus. Perpindahan ini akan melepaskan sejumlah energi yang dapat dilihat sebagai cahaya dengan warna tertentu.Akan tetapi, elektron tersebut bisa turun sampai dua tingkat (atau lebih) dari tingkat sebelumnya. Misalnya pada awalnya di level 5 kemudian turun sampai ke level 2.Masing-masing perpindahan elektron ini melibatkan sejumlah energi tertentu yang dilepaskan sebagai energi cahaya, dan masing-masing memiliki warna tertentu.Sebagai akibat dari semua perpindahan elektron ini, sebuah spektrum garis yang berwarna akan dihasilkan. Warna yang anda lihat adalah kombinasi dari semua warna individual.Besarnya lompatan/perpindahan elektron dari segi energi, bervariasi dari satu ion logam ke ion logam lainnya. Ini berarti bahwa setiap logam yang berbeda akan memiliki pola garis-garis spektra yang berbeda, sehingga warna nyala yang berbeda pula.
4.      Tujuan Percobaan
1)      Untuk mengidentifikasi sifat air abu tanaman
2)      Untuk mengidentifikasi unsur hara pada abu tanaman



B.    Proses percobaan

1.      Alat dan Bahan

Alat
Alat
Ukuran
Jumlah
Kaleng

2 buah
Gelas kimia
a.       50 ml
b.      200 ml
2 buah
2 buah
Spatula

1 buah
Lumpang

2 buah
Alu

1 buah
Tabung reaksi

4 buah
Corong

1 buah
Plat tetes

1 buah
Gelas Ukur
a.       10 ml
b.      50 ml
1 buah
1 buah

Bahan
Bahan (ekstraksi)
Jumlah (ml)
Jumlah (tetes)

Bunga Karamunting
4 ml
8 tetes
Kunyit
4 ml
8 tetes
Kembang sepatu
4 ml
8 tetes
Abu Tanaman
4 ml
12 tetes
Kapur Sirih
4 ml
12 tetes
Cuka
4 ml
12 tetes
Air galon
4 ml
12 tetes

2.      Prosedur Percobaan

Cara kerja pengekstrasian indikator alami :
ž  Menghaluskan indikator alami (kunyit , bunga karamunting , kembang sepatu) menggunakan lumpang dan alu.
ž  Menambahkan sedikit air pada indikator, kemudian menyaringnya untuk mendapatkan filtrat/ekstrak dari indikator tersebut.
Cara kerja :
ž  Sampah organik di bakar (serpihan kayu) sampai menjadi abu.
ž  Abu hasil pembakaran di masukkan ke dalam wadah kaleng
ž  Abu di campurkan dengan air dengan perbandingan 1:2
ž  Larutan di endapkan selama 1 malam
ž  Filtrat di saring dari endapannya , kemudian di uji dengan indikator alami seperti bunga karamunting , bunga sepatu , dan kunyit
ž  Amati warna dan tentukan sifat filtrat abu tersebut.
ž  Sebagai perbandingan untuk menentukan sifat larutan , dapat di buat dengan larutan asam cuka , larutan basa (air kapur) , dan larutan netral (air galon)
ž  Filtrat yang masih tersisa kemudian diuapkan , jjika terdapat endapan , lakukan uji nyala dengan cara membakar endapan , amati warna pembakaran.
ž  Sebagai pembanding uji warna nyala, garam dapur (NaCl) di bakar di atas api.
C.  Hasil Pengamatan

Yang di uji
Warna yang di hasilkan
Air Abu + Bunga Karamunting
Coklat
Air Abu + Kembang sepatu
Ungu
Air Abu + Kunyit
Kuning pudar
Cuka + bunga karamunting
Merah muda
Cuka + Kembang sepatu
Merah terang
Cuka + Kunyit
Kuning terang
Air Kapur + bunga karamunting
Hijau lumut
Air Kapur + kembang Sepatu
Hijau tua (daun)
Air Kapur + Kunyit
Coklat tua


Uji sifat air abu tanaman

Uji nyala endapan hasil penguapan air abu tanaman


                                                        
Uji nyala NaCl



D.  Pembahasan
Derajat keasaman atau pH merupakan suatu indeks kadar ion hidrogen (H+) yang mencirikan keseimbangan asam dan basa. Disamping itu larutan penyangga merupakan larutan yang dibentuk oleh reaksi suatu asam lemah dengan basa konjugatnya ataupun oleh basa lemah dengan asam konjugatnya.Reaksi ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi, yaitu larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7).Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang merupakan basa konjugasi dari asamnya.
Cara aman untuk mengetahui zat asam dan basa yaitu dengan bantuan indicator yang menunjukkan sifat suatu zat.Indicator adalah suatu zat yang mempunyai warna berbeda dalam larutan asam dan basa.Bahan indicator pada percobaan ini menggunakan jenis indikator alami yang berasal dari tumbuhan atau bunga berwarna yang ada di lingkungan.Ekstrak atau sari dari bunga atau tumbuhan tersebut memberikan warna berbeda dalam larutan asam dan basa.
Pada abu tanaman yang kami peroleh mengandung karbon karena pada saat pengendapan berwarna hitam.Larutan abu tanaman pada percobaan mengalami perubahan warna ketika dicampurkan dengan beberapa indicator alami yang sudah di buat.Air abu yang dicampurkan dengan indicator bunga sepatu mengalami perubahan dari warna jernih menjadi warna ungu. Air abu yang dicampurkan dengan indicator kunyit mengalami perubahan dari warna jernih menjadi warna kuning pudar.Air abu yang dicampurkan dengan indicator bunga karamunting mengalami perubahan dari warna jernih menjadi warna coklat.
Sebagai bahan perbandingan, pada percobaan ini kami juga mencampurkan larutan cuka dan larutan kapur dengan indicator alami yang sudah di buat sebagai alat perbandingan asam atau basa.Pada saat larutan cuka dicampurkan dengan indicator alami, terjadi perubahan warna, yaitu pada saat larutan cuka dicampurkan dengan indicator bunga sepatu, warna larutan berubah dari warna putih jernih menjadi merah terang.Larutan cuka dicampurkan dengan indicator kunyit terjadi perubahan warna dari warna putih jernih menjadi kuning terang.Larutan cuka dicampurkan dengan indicator bunga karamunting terjadai perubahan warna dari warna putih jernih menjadi warna merah muda.
Pada larutan kapur yang dicampurkan dengan beberapa indicator alami yang dibuat juga mengalami perubahan warna.Larutan kapur yang dicampurkan dengan indicator bunga sepatu warnanya berubah dari warna putih keruh menjadi warna hijau tua (daun).Laruutan air kapur dicampurkan dengan indicator kunyit mengalami perubahan warna dari warna putih keruh menjadi warna coklat tua.Larutan kapur dicampurkan dengan indicator bunga karamunting juga mengalami perubahan warna dari warna putih keruh menjadi warna hijau lumut.
Karena sifat air cuka adalah asam sedangkan air kapur adalah basa dan perubahan warna yang terjadi pada larutan air abu tanaman cenderung sama dengan perubahan warna yang terjadi pada larutan air kapur, sehingga dapat disimpulkan bahwa larutan air abu tanaman merupakan larutan basa.
Pada saat pengujian nyala endapan hasil penguapan air abu tanaman didapatkan nyala api yang mirip dengan nyala api hasil pembakaran garam (NaCl). Warna nyala api endapan yang dibakar adalah kuning dengan sedikit percikan, hal ini dikarenakan abu mengandung karbon dan natrium yang merupakan salah satu unsur hara makro yang mutlak (harus tersedia) pada semua jenis tanaman dan merupakan salah satu unsur dari golongan alkali (IA).Yang mana golongan ini memiliki sifat yang sangat reaktif dan memiliki spectrum emisi warna berbeda-beda.karena salah satu hal yang mempengaruhi adalah konfigurasi atom-atom tersebut sebab setiap atom memiliki konfigurasi yang berbeda-beda serta karakteristik atau sifat-sifat khas dari golongan tersebut. Ion dengan konfigurasi gas mulia (kulit luar terdiri dari 18 elektron) atau konfigurasi “18 + 2” tidak mempunyai peralihan electron pada daerah energi cahaya, sehingga larutannya tidak berwarna. Dengan spectrum nyala sebagai berikut : Natrium (Na) memberikan warna nyala kuning keemasan, Kalium (K) memberikan warna nyala lembayung (nila), Kalsium (Ca) memberikan warna nyala  merah bata (merah kekuningan), Strinsium (Sr) memberikan warna nyala merah tua agak keunguan, dan Barium (Ba) memberikan warna nyala hijau kekuningan. Sebagai pembanding kemudian dilakukan pembakaran garam dapur (NaCl) di atas kompor, sehingga terlihat warna nyala api yang mirip warna nyala api saat pembakaran endapan dari abu tanaman.



E.  Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
-      Abu tanaman tersebut adalah bersifat basa, karena setelah diuji dengan beberapa indicator alami, warnanya berubah mendekati warna larutan kapur yang juga telah di uji dengan beberapa indicator alami tersebut.
-      Pada abu tanaman tersebut terdapat unsur hara, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya warna nyala kuning-keemasan setelah endapan dibakar diatas api. Yang mana warna nyala tersebut berasal dari unsur Na (natrium) yang merupakan salah satu unsur hara makro yang mutlak (harus tersedia) pada semua jenis tanaman. Dan sebagai pembanding warna nyala api pada pembakaran garam (NaCl) pun hampir sama dengan warna nyala  api pada pembakaran endapan abu tanaman.

F.  Saran
Di harapkan kepada setiap praktikan agar lebih memahami prosedur percobaan terlebih dahulu sebelum melakukan praktikum sehingga tidak ada yang terbuang sia-sia saat praktikum, baik itu waktu, bahan praktikum maupun energy saat melakukan raktikum tersebut.

G.  Daftar pustaka
Achmad, Hiskia. 2001. Kimia Larutan.Bandung : Citra Aditya Bakti
Day, R.A dan Underwood, A.L. 2001.Analisis Kimia Kuantitatif edisi keenam jilid I (terjemahan Sopya Iis).Jakarta : Erlangga
Keenan, Charles.W, dkk. 1996. Kimia Untuk Universitas edisi keenam jilid I (terjemahan Pudjaatmaka, A.H).Jakarta : Erlangga
Oxtoby, David.W, dkk. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern edisi keempat jilid I (terjemahan A. Suminar).Jakarta : Erlangga
Petrucci, Ralph.H. 1987. Kimia Dasar dan Terapan Modern edisi kempat jilid II (terjemahan A. Suminar).Jakarta : Erlangga
Rivai, Harrizul. 1995. Azas Pemeriksaan Kimia.Jakarta : Universitas Indonesia Press
http://catatankimia.com/catatan/uji-warna-nyala.html