“Pembuktian Asam Basa dan Unsur Hara
Pada Abu Tanaman”
A.
Pendahuluan
1.
Definisi
Abu Tanaman
Dalam analisis kimia, pengabuan adalah proses mineralisasi
untuk zat prekonsentrasi demi kepentingan analisis kimia. Abu adalah nama
yang diberikan pada semua residu non-cair yang tersisa setelah sampel dibakar, dan sebagian
besar terdiri dari oksida logam.Abu adalah salah satu komponen dalam
analisis proksima dari material biologis, yaitu bagian
yang menjadi penjumlah utama dalam persentase hasil analisis. Abu umumnya
terdiri dari garam-garaman, material anorganik (misal garam-garaman
yang mengandung ion Na+, K+, dsb). Terkadang juga
mengandung mineral unik tertentu, misalnya klorofil dan hemoglobin.
2.
Pembuktian
Asam-Basa dengan Indikator Alami
i.
Teori
Asam-Basa
Kesetimbangan asam-basa merupakan suatu topic
yang sangat penting dalam kimia dan bidang-bidang lain yang mempergunakan
kimia, seperti biologi, kedokteran dan pertanian.Meskipun banyak reaksi
asam-basa berlangsung dalam keadaaan gas ndan padat serta bukan dalam larutan
cair.Larutan seperti ini memainkan peranan penting dalam kehidupan
sehari-hari.Cuka, jus jeruk dan cairan aki merupakan larutan asam yang sering
ditemukan.Larutan basa dihasilkan bila produk-produk yang umum seperti boraks,
soda kue, dan antasida dilarutkkan ke dalam air.
a) Teori Asam-Basa Arrhenius
Menurut
teori tentang pen gionan elektrolit yang dikembangkan oleh Arrhenius,
elektrolit bila dilarutkan dalam air, langsung terurai menjadi zarah-zarah
bermuatan positif dan negative yang disebut ion.Namun, yang penting dalam
pemeriksaan kimia adalah bahwa elektrolit-elektrolit yang terurai menjadi
ion-ion itu menyebabkan larutan berair menjadi bersifat asam atau basa.
Suatu
asam adalah senyawa yang bila dilarutkan dalam air akan meningkatkan
konsentrasi ion Hidrogen (H+) di atas nilainya dalam air murni.
Sedangkan suatu basa adalah senyawa yang bila dilarutkan dalam air akan
meningkatkan konsentrasi ioan hidroksida (OH-) di atas nilainya
dalam air murni.
Asam-asam
Arrhenius dirumuskan sebagai HxZ yang dalam air terion sebagai berikut:
HxZ (aq) Ã xH+ (aq) + Z-x (aq)
Jumlah
ion H+ yang dapat dihasilkan oleh 1 molekul asam di sebut valensi
asam, sedangkan negative yang terbaik di sebut ion sisa asam.
Basa-basa
Arrhenius adalah hidroksida lgam, M(OH)y, yang dalam air terion
sebagai berikut :
M(OH)y (aq) Ã
M+y (aq) + yOH- (aq)
Jumlah
ion OH- yang dapat dilepaskan oleh suatu basa di sebut valensi basa.
Definisi-definisi ini diperkenalkan pada
abad ke-19 telah umum di anggap untuk mengakomodisi lebih banyak lagi kelas
senyawa yang secara kimia mirip dengan asam dan basa yang sudah di kenal. Teori
Arrhenius hanya dapat digunakan untuk kesetimbangan asam-basa dalam larutan
air.
b) Teori Asam-Basa Bronsted-Lowry
Definisi
asam dan basa diperkenalkan secara terpisah oleh Johannes Bronsted dan Thomas
Lowry pada tahun 1923.Suatu asam Bronsted-Lowry didefinisikan sebagai suatu zat
yang dapat memberikan ion hydrogen dan sebuah basa Bronsted-Lowry adalah suatu
zat yang dapat menerima ion hydrogen.Dalam reaksi asam-basa Bronsted-Lowry, ion
hydrogen dipindahkan dari asam ke basa. Sebagai contoh, bila asam asetat
dilarutkan ke dalam air, dengan reaksi:
CH3COOH
(aq) + H2O (l) Ã H3O+ (aq) +
CH3COO- (aq)
Asam1 basa2 asam2 basa1
Ion hidogen dipindahkan dari asam
asetat ke air.Asam dan basa terdapat sebagai pasangan asam-basa konjungat. CH3COOH
dan CH3COO- adalah salah satu contohnya, dimana CH3COO-
adalah basa konjungat dari CH3COOH (demikian pula, CH3COOH
adalah asam dari konjungat CH3COO-).
Dengan cara yang sama, H3O+ dan H2O juga
membentuk pasangan asam-basa konjungat. Kesetimbangan yang tercapai dapat di
pandang sebagai persaingan antara dua basa untuk mendapatkan ion hydrogen. Satu
keuntungan dari pendekatan Bronsted-Lowry adalah ia tidak terbatas hanya untuk
larutan air. Beberapa molekul dan ion dapat berfungsi baik sebagai asam maupun
basa tergantung dari kondisi reaksi sehingga di sebut amfoter.
c) Teori Asam-Basa Lewis
Sebuah
basa Lewis merupakan jenis basa yang menyumbangkan sepasang electron bebas dan
suatu asam Lewis adalah jenis asam yang menerima sepasang electron tersebut.
Reaksi lain yang tidak melibatkan ion hydrogen masih dapat di anggap sebagai
reaksi asam-basa Lewis. Definisi Lewis mensistematiskan kimia berbagai macam
oksida biner, yang dapat di anggap sebagai anhidrida asam atau basa.Reaksi
asam-basa ini ditentukan oleh pembentukan ikatan kovalen koordinat.
d) Perbandingan antara Definisi
Arrhenius, Bronsted-Lowry dan Lewis
Reaksi
netralisasi antara HCl dan NaOH :
HCl + NaOH Ã H2O + NaCl
Asam basa air garam
Menurut
definisi Arrhenius, HCl adalah asam dan NaOH adalah basa.Menurut definisi
Bronsted-Lowry, H3O+ adalah asam dan OH-
adalah basa. Menurut Lewis, H+ adalah asam dan OH- adalah
basa, karena proton menerima sepasang electron bebas yang diberikan oleh OH-
dalam reaksi :
H+ (aq) + OH- (aq) Ã H2O (l)
ii.
Sifat
Asam dan Basa dalam Larutan Air Skema Bronsted-Lowry
Air mempunyai sifat-sifat khusus dalam bentuk
cair.Salah satunya Karena memang momen dwikutubnya yang cukup besar, air sangat
efektif untuk dijadikan sebagai elarut, yang mampu menstabilkan zat terlarut
polar dan ionic.Air ikut serta dalam reaksi asam-basa, baik sebagai reaktan
maupun sebagai pelarut.Reaksi-reaksi biokimia yang diperlukan demi kelangsungan
hidup organisme terjadi dalam air dan melibatkan asam, basa, serta semua ionic.
a) Autoionisasi Air
Persamaan
kesetimbangan dalam reaksi dimana air bertindak sebagai asam maupun basa adalah
sebagai berikut :
H2O (l) + H2O (l)
H3O+ (aq) + OH-
(aq)
Asam1 basa2 asam2 basa1
Atau
2H2O (l)
H3O+
(aq) + OH- (aq)
Reaksi
ini bertanggung jawab atas terjadinya autoionisasi air yang walaupun kecil,
masih terukur. Persamaan kesetimbangan yang dihasilkan adalah :
[H3O+][OH-] = Kw
Dimana Kw adalah tetapan hasil kali
untuk air, adalah 1×10-14 pada suhu 25°C. Karena
konsentrasi pelarut dalam hal ini air, tidak berubah secara signifikan dalam
suatu larutan encer, ia tidak diikutkan dalam persamaan kesetimbangan.
Air
murni mengandung ion H3O+ dan OH- dan karena
ada netralitas listrik total, maka banyaknya setiap jenis ion harus sama.
Dengan menggunakan persamaan kesetimbangan akan dihasilkan :
[H3O+] = [OH-] = y
y2 = 1,0 × 10-14
y = 1 × 10-7
sehingga di dalam air murni 25°C
konsentrasi H3O+ dan OH- keduanya adalah 1,0 ×
10-7 M.
b) Asam dan Basa Kuat
Larutan
asam dalam air mengandung ion H3O+ yang lebih besar
daripada ion OH-.Asam kuat adalah asam yang seluruhnya terionisasi
di dalam larutan air. Bila asam kuat HCl (asam klorida) dilarutkan dalam air,
reaksi yang terjadi adalah :
HCl (aq) + H2O (l) Ã
H3O+ (aq) + Cl- (aq)
Panah tunggal dan bukan panah ganda,
dipergunakan untuk menunjukkan bahwa reaksi berlangsung sempurna.Contoh asam
kuat lainnya dalah asam perklorat (HClO4).
Basa
kuat didefinisikan dengan cara yang sama, yaitu sebagai basa yang bereaksi
sempurna menghasilkan ion OH- (aq) bila dilarutkan dalam air.
Contohnya bila basa kuat ion amida (NH2-) dilarutkan dalam
air, reaksi yang terjadi adalah :
H2O (l) + NH2- (aq) Ã NH3 (aq) + OH-
(aq)
Air
mempunyai aspek perataan pada golongan asam dan basa tertentu, sehingga
semuanya bersifat asam kuat dan basa kuat bila air merupakan pelarutnya.
c) Fungsi pH
Dalam larutan air, konsentrasi ion hydronium berkisar dari
10 M sampai 10-15 M. interval ini sebaiknya diperkecil dengan
menggunakan skala logaritma keasamaan yang di sebut sebagai pH dan
didefinisikan sebagai berikut :
pH = -log 10[H3O+]
air
murni pada suhu 25°C mempunyai [H3O+] = 1 × 10-7
M, sehingga
pH = -log 10 [1 × 10-7]
= -(-7,00)
=7,00
Seperti contoh di atas, perhitungan pH akan mudah khususnya
bila konsentrasi H3O+ merupakan pangkat dari bilangan 10,
karena logaritmanya adalah bilangan pangkat dari 10 tersebut. Jika tidak,
diperlukan kalkulator. Jia pH di ketahui, konsentrasi H3O+
dapat di hitung dengan meletakkan
pangkat (-pH) pada angka 10.
Konsentrasi H3O+ umumnya kurang dari 1
M, sehingga fungsi pH ditentukan dengan tanda negative untuk menghasilkan
sebuah bilangan yang bertanda positif.Nilai pH tinggi menandakan konsentrasi H3O+
yang rendah begitu pula sebaliknya pada suhu 25°C.
pH< 7 larutan asam
pH = 7 larutan netral
pH> 7 larutan basa
pada suhu lain, pH air berbeda dari 7. Perubahan satu satuan
pH menandakan terjadinya perubahan sebesar 10 (yaitu satu orde besaran) dalam
konsentrasi H3O+ dan OH-. pH di ukur secara
langsung dengan menggunakan pH meter.
Warna standar larutan indicator universal
|
Gambar pH meter
digital
iii.
Indicator
Indicator adalah alat untuk mengetahui apakah
suatu larutan bersifat asam atau basa berdasarkan perubahan warnanya yang
tampak jelas dalam rentang pH yang sempit.Indicator asam-basa biasanya
merupakan asam atau basa lemah atau secara uum dapat dikatakan protolit
lemah.Jenis indicator yang khas adalah asam organic yang lemah yang mempunyai
warna berbeda dari basa konjungatnnya.Lakmus berubah dari merah menjadi biru bila
bentuk asamnya di ubah menjadi basa.Indicator yang baik mempunyai intensitas
warna sedemikan rupa sehingga hanya beberapa tetes larutan indicator encer yang
harus ditambahkan ke dalam larutan yang sedang di uji. Konsentrasi molekul
indicator yang sangat rendah ini hamper tidak berpengaruh terhadap pH larutan.
Perubahan warna indicator mencerminkan pengaruh asam dan basa lainnya yang terdapat dalam larutan.
Jika bentuk asam untuk indicator tertentu
dilambangkan dengan HIn dan bentuk basa konjugatnya dengan In-,
kesetimbangan asam-basanya adalah :
HIn (aq) + H2O
(l)
H3O+ (aq) + In-
(aq)
Ka = [H3O+][In‑]
[HIn]
Dimana
Ka adalah tetapan ionisasi asam untuk indicator. Persamaan ini dapat di susun
kembali menghasilkan :
[H3O+] = [HIn]
Ka [In-]
Jika
konsentasi ion hydronium [H3O+] relative besar
dibandingkan Ka, nisbah ini akan besar, dan [HIn] relative besar dibandingkan
[In-]. Warna larutan akan sama dengan warna bentuk asam indikatornya
karena hampir semua molekul indicator berbentuk asam. Sebagai contoh, lakmus
mempunyai Ka mendekati 10-7. Jika pH adalah 5 maka :
[H3O+] = 10-5
= 100
Ka 10-7
Dengan
demikian, molekul indicator bentuk asam kira-kira 100 kali lebih banyak
daripada bentuk basanya dan larutan berwarna merah.
Seiring
dengan semakin menurunnya konsentrasi ion hydronium, semakin banyak pula
molekul indicator asam yang akan terionisasi ke bentuk basa. Bila [H3O+]
mendekati Ka, keua bentuk akan terdapat dalam jumlah yang hampir sama, dan
warnanya merupakan perpaduan antara warna kedua keadaan indicator (ungu untuk
lakmus). Penurunan lebih lanjut dari [H3O+] sampai
mencapai nilai yang jauh lebih kecil daripada Ka akan mengakibatkan dominannya
bentuk basa, sesuai dengan perubahan warna yang di amati.
Indicator
yang berbeda mempunyai nilai Ka yang berbeda sehingga menunjukkan warna pada
nilai H yang berbeda ula.Semakin lemah suatu indiator sebagi asam, semakin
tinggi pH di tempat terjadinya perubahan warna.Perubahan warna tersebut muncul
pada rentang satu sampai dua satuan pH.
Prinsip
indikator adalah bahan yang memberikan warna berbeda pada lingkungan asam dan
basa.Pada umumnya bahan yang memiliki warna menyolok memiliki sifat memberikan
warna yang berbeda pada kedua suasana tersebut. Contoh indikator alami adalah:
ekstrak bunga sepatu, ekstrak kulit manggis, ekstrak kol merah (kubis merah)
dan ekstrak kunyit. Contoh indikator buatan adalah kertas lakmus (litmus)
berwarna merah dan biru, indikator universal, phenolphthalein (PP), bromtimol
biru (BTB), metil merah (MM), metil kuning, metil jingga (MO), fenol merah dan
indigo carmine.
Berikut ini adalah tabel warna dalam
larutan asam dan basa beberapa indikator:
3.
Uji
Nyala Endapan Abu Tanaman dan Uji Nyala Garam Dapur (NaCl)
Teknikuji nyala adalah metoda analisis
untuk logam.Prinsipnya sederhana, yaitu dengan caramelihat perubahan warna
nyala api. Karena beberapa logam memberikan warna nyala yang khas bila dibakar
pada api oksidasi.Uji nyala digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan ion
logam dalam jumlah yang relatif kecil pada sebuah senyawa.Walaupun tidak semua
ion logam menghasilkan warna nyala.Metodeini sebenarnya metode klasik tapi
masih cukup akurat untuk analisis kualitatif, setidaknya memberikan arah yang
sangat jelas untuk analisis logam.Warna-warna yang ada pada tabel berikut hanya
merupakan panduan.Hampir setiap orang yang melakukan uji nyala berbeda dalam
mengamati dan menjelaskan warna yang terjadi.
Logam
|
Warna nyala
|
Gambar
|
Li
|
merah
|
|
Na
|
orange cemerlang terus menerus
|
|
K
|
lilac (pink)
|
|
Rb
|
merah (lembayung kemerah-merahan)
|
|
Cs
|
biru lembayung
|
|
Ca
|
orange-merah
|
|
Sr
|
merah
|
|
Ba
|
hijau pucat
|
|
Cu
|
biru-hijau (sering disertai percikan berwarna putih)
|
|
Pb
|
putih keabu-abuan
|
|
Warna nyala dihasilkan dari
pergerakan elektron dalam ion-ion logam yang terdapat dalam senyawa.Sebagai
contoh, sebuah ion natrium dalam keadaan tidak tereksitasi memiliki struktur 1s22s22p6.Jika
dipanaskan, elektron-elektron akan mendapatkan energi dan bisa berpindah ke
orbital kosong manapun pada level yang lebih tinggi. Sebagai contoh, berpindah
ke orbital 7s atau 6p atau 4d atau yang lainnya, tergantung pada berapa banyak
energi yang diserap oleh elektron tertentu dari nyala.Karena sekarang
elektron-elektron berada pada level yang lebih tinggi dan lebih tidak stabil
dari segi energi, maka elektron-elektron cenderung turun kembali ke level
dimana sebelumnya mereka berada – tapi tidak musti sekaligus.
Sebuah elektron yang telah
tereksitasi dari level 2p ke sebuah orbital pada level 7 misalnya, bisa turun
kembali ke level 2p sekaligus. Perpindahan ini akan melepaskan sejumlah energi
yang dapat dilihat sebagai cahaya dengan warna tertentu.Akan tetapi, elektron
tersebut bisa turun sampai dua tingkat (atau lebih) dari tingkat sebelumnya.
Misalnya pada awalnya di level 5 kemudian turun sampai ke level 2.Masing-masing
perpindahan elektron ini melibatkan sejumlah energi tertentu yang dilepaskan
sebagai energi cahaya, dan masing-masing memiliki warna tertentu.Sebagai akibat
dari semua perpindahan elektron ini, sebuah spektrum garis yang berwarna akan
dihasilkan. Warna yang anda lihat adalah kombinasi dari semua warna
individual.Besarnya lompatan/perpindahan elektron dari segi energi, bervariasi
dari satu ion logam ke ion logam lainnya. Ini berarti bahwa setiap logam yang
berbeda akan memiliki pola garis-garis spektra yang berbeda, sehingga warna
nyala yang berbeda pula.
4.
Tujuan
Percobaan
1) Untuk mengidentifikasi sifat
air abu tanaman
2) Untuk mengidentifikasi unsur
hara pada abu tanaman
B.
Proses
percobaan
1. Alat dan Bahan
Alat
Alat
|
Ukuran
|
Jumlah
|
Kaleng
|
|
2 buah
|
Gelas
kimia
|
a. 50 ml
b. 200 ml
|
2 buah
2 buah
|
Spatula
|
|
1 buah
|
Lumpang
|
|
2 buah
|
Alu
|
|
1 buah
|
Tabung
reaksi
|
|
4 buah
|
Corong
|
|
1 buah
|
Plat
tetes
|
|
1 buah
|
Gelas
Ukur
|
a. 10 ml
b. 50 ml
|
1 buah
1 buah
|
Bahan
Bahan (ekstraksi)
|
Jumlah (ml)
|
Jumlah (tetes)
|
Bunga Karamunting
|
4 ml
|
8 tetes
|
Kunyit
|
4 ml
|
8 tetes
|
Kembang sepatu
|
4 ml
|
8 tetes
|
Abu Tanaman
|
4 ml
|
12 tetes
|
Kapur Sirih
|
4 ml
|
12 tetes
|
Cuka
|
4 ml
|
12 tetes
|
Air galon
|
4 ml
|
12 tetes
|
2. Prosedur Percobaan
Cara kerja pengekstrasian indikator alami :
Menghaluskan indikator alami
(kunyit , bunga karamunting , kembang sepatu) menggunakan lumpang dan alu.
Menambahkan sedikit air pada
indikator, kemudian menyaringnya untuk mendapatkan filtrat/ekstrak dari
indikator tersebut.
Cara kerja
:
Sampah organik di bakar (serpihan kayu) sampai menjadi
abu.
Abu hasil pembakaran di masukkan ke dalam wadah kaleng
Abu di campurkan dengan air dengan perbandingan 1:2
Larutan di endapkan selama 1 malam
Filtrat di saring dari endapannya , kemudian di uji
dengan indikator alami seperti bunga karamunting , bunga sepatu , dan kunyit
Amati warna dan tentukan sifat filtrat abu tersebut.
Sebagai perbandingan untuk menentukan sifat larutan ,
dapat di buat dengan larutan asam cuka , larutan basa (air kapur) , dan larutan
netral (air galon)
Filtrat yang masih tersisa kemudian diuapkan , jjika
terdapat endapan , lakukan uji nyala dengan cara membakar endapan , amati warna
pembakaran.
Sebagai
pembanding uji warna nyala, garam dapur (NaCl) di bakar di atas api.
C. Hasil Pengamatan
Yang di uji
|
Warna yang di hasilkan
|
Air Abu + Bunga Karamunting
|
Coklat
|
Air Abu + Kembang sepatu
|
Ungu
|
Air Abu + Kunyit
|
Kuning pudar
|
Cuka + bunga karamunting
|
Merah muda
|
Cuka + Kembang sepatu
|
Merah terang
|
Cuka + Kunyit
|
Kuning terang
|
Air Kapur + bunga karamunting
|
Hijau lumut
|
Air Kapur + kembang Sepatu
|
Hijau tua (daun)
|
Air Kapur + Kunyit
|
Coklat tua
|
Uji
sifat air abu tanaman
Uji
nyala endapan hasil penguapan air abu tanaman
Uji
nyala NaCl
D. Pembahasan
Derajat keasaman atau pH merupakan
suatu indeks kadar ion hidrogen (H+) yang mencirikan keseimbangan
asam dan basa. Disamping itu larutan penyangga merupakan larutan yang dibentuk
oleh reaksi suatu asam lemah dengan basa konjugatnya ataupun oleh basa lemah
dengan asam konjugatnya.Reaksi ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi,
yaitu larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7).Untuk
mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang
merupakan basa konjugasi dari asamnya.
Cara aman untuk mengetahui zat asam
dan basa yaitu dengan bantuan indicator yang menunjukkan sifat suatu
zat.Indicator adalah suatu zat yang mempunyai warna berbeda dalam larutan asam
dan basa.Bahan indicator pada percobaan ini menggunakan jenis indikator alami
yang berasal dari tumbuhan atau bunga berwarna yang ada di lingkungan.Ekstrak
atau sari dari bunga atau tumbuhan tersebut memberikan warna berbeda dalam
larutan asam dan basa.
Pada abu tanaman yang kami peroleh
mengandung karbon karena pada saat pengendapan berwarna hitam.Larutan abu
tanaman pada percobaan mengalami perubahan warna ketika dicampurkan dengan
beberapa indicator alami yang sudah di buat.Air abu yang dicampurkan dengan
indicator bunga sepatu mengalami perubahan dari warna jernih menjadi warna ungu.
Air abu yang dicampurkan dengan indicator kunyit mengalami perubahan dari warna
jernih menjadi warna kuning pudar.Air abu yang dicampurkan dengan indicator
bunga karamunting mengalami perubahan dari warna jernih menjadi warna coklat.
Sebagai bahan perbandingan, pada
percobaan ini kami juga mencampurkan larutan cuka dan larutan kapur dengan
indicator alami yang sudah di buat sebagai alat perbandingan asam atau
basa.Pada saat larutan cuka dicampurkan dengan indicator alami, terjadi
perubahan warna, yaitu pada saat larutan cuka dicampurkan dengan indicator
bunga sepatu, warna larutan berubah dari warna putih jernih menjadi merah
terang.Larutan cuka dicampurkan dengan indicator kunyit terjadi perubahan warna
dari warna putih jernih menjadi kuning terang.Larutan cuka dicampurkan dengan
indicator bunga karamunting terjadai perubahan warna dari warna putih jernih
menjadi warna merah muda.
Pada larutan kapur yang dicampurkan
dengan beberapa indicator alami yang dibuat juga mengalami perubahan
warna.Larutan kapur yang dicampurkan dengan indicator bunga sepatu warnanya
berubah dari warna putih keruh menjadi warna hijau tua (daun).Laruutan air
kapur dicampurkan dengan indicator kunyit mengalami perubahan warna dari warna
putih keruh menjadi warna coklat tua.Larutan kapur dicampurkan dengan indicator
bunga karamunting juga mengalami perubahan warna dari warna putih keruh menjadi
warna hijau lumut.
Karena sifat air cuka adalah asam
sedangkan air kapur adalah basa dan perubahan warna yang terjadi pada larutan
air abu tanaman cenderung sama dengan perubahan warna yang terjadi pada larutan
air kapur, sehingga dapat disimpulkan bahwa larutan air abu tanaman merupakan
larutan basa.
Pada saat pengujian nyala endapan
hasil penguapan air abu tanaman didapatkan nyala api yang mirip dengan nyala
api hasil pembakaran garam (NaCl). Warna nyala api endapan yang dibakar adalah
kuning dengan sedikit percikan, hal ini dikarenakan abu mengandung karbon dan natrium
yang merupakan salah satu unsur hara makro yang mutlak (harus tersedia) pada
semua jenis tanaman dan merupakan salah satu unsur dari golongan alkali (IA).Yang
mana golongan ini memiliki sifat yang sangat reaktif dan memiliki spectrum
emisi warna berbeda-beda.karena salah satu hal yang mempengaruhi adalah
konfigurasi atom-atom tersebut sebab setiap atom memiliki konfigurasi yang
berbeda-beda serta karakteristik atau sifat-sifat khas dari golongan tersebut.
Ion dengan konfigurasi gas mulia (kulit luar terdiri dari 18 elektron) atau
konfigurasi “18 + 2” tidak mempunyai peralihan electron pada daerah energi
cahaya, sehingga larutannya tidak berwarna. Dengan spectrum nyala sebagai
berikut : Natrium (Na) memberikan warna nyala kuning keemasan, Kalium (K)
memberikan warna nyala lembayung (nila), Kalsium (Ca) memberikan warna
nyala merah bata (merah kekuningan), Strinsium (Sr) memberikan warna
nyala merah tua agak keunguan, dan Barium (Ba) memberikan warna nyala hijau
kekuningan. Sebagai pembanding kemudian dilakukan pembakaran garam dapur (NaCl)
di atas kompor, sehingga terlihat warna nyala api yang mirip warna nyala api
saat pembakaran endapan dari abu tanaman.
E. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa :
- Abu tanaman tersebut adalah bersifat
basa, karena setelah diuji dengan beberapa indicator alami, warnanya berubah mendekati
warna larutan kapur yang juga telah di uji dengan beberapa indicator alami
tersebut.
- Pada abu tanaman tersebut terdapat
unsur hara, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya warna nyala kuning-keemasan
setelah endapan dibakar diatas api. Yang mana warna nyala tersebut berasal dari
unsur Na (natrium) yang merupakan salah satu unsur hara makro yang mutlak
(harus tersedia) pada semua jenis tanaman. Dan sebagai pembanding warna nyala
api pada pembakaran garam (NaCl) pun hampir sama dengan warna nyala api pada pembakaran endapan abu tanaman.
F. Saran
Di
harapkan kepada setiap praktikan agar lebih memahami prosedur percobaan
terlebih dahulu sebelum melakukan praktikum sehingga tidak ada yang terbuang
sia-sia saat praktikum, baik itu waktu, bahan praktikum maupun energy saat
melakukan raktikum tersebut.
G. Daftar
pustaka
Achmad,
Hiskia. 2001. Kimia Larutan.Bandung :
Citra Aditya Bakti
Day,
R.A dan Underwood, A.L. 2001.Analisis
Kimia Kuantitatif edisi keenam jilid I (terjemahan Sopya Iis).Jakarta :
Erlangga
Keenan,
Charles.W, dkk. 1996. Kimia Untuk
Universitas edisi keenam jilid I (terjemahan Pudjaatmaka, A.H).Jakarta :
Erlangga
Oxtoby,
David.W, dkk. 2001. Prinsip-prinsip Kimia
Modern edisi keempat jilid I (terjemahan A. Suminar).Jakarta : Erlangga
Petrucci,
Ralph.H. 1987. Kimia Dasar dan Terapan
Modern edisi kempat jilid II (terjemahan A. Suminar).Jakarta : Erlangga
Rivai,
Harrizul. 1995. Azas Pemeriksaan Kimia.Jakarta
: Universitas Indonesia Press
http://catatankimia.com/catatan/uji-warna-nyala.html